PRASASTI MARMER-PRASASTI PNPM: FINANCIALLY INCOMPETENCE, PENYEBAB KEGAGALAN SEBUAH BISNIS PRIBADI

Minggu, 04 Maret 2012

FINANCIALLY INCOMPETENCE, PENYEBAB KEGAGALAN SEBUAH BISNIS PRIBADI



Hemm,,mantab buanget judul posting kita kali ini.Yakni tentang  Pengendalian cashflow dalam  perusahaan kita.Sebuah survey di Amerika Serikat menyatakan bahwa  74 persen penyebab kegagalan seseorang dalam berbisnis adalah Financially incompetence, alias tidak memiliki kompetensi terhadap pengendalian finanasial,alias  tidak memiliki ketrampilan pengendalian keuangan,alias nggak bisa menata keuangan alias  tidak memiliki kendali diri dalam mengelola keuangan,baik secara pribadi atau dalam kapasitasnya sebagai entrepreneur.

Kompetensi dalam hal financial  secara dasar ada beberapa ha antaralain: Kita mampu dan fluent dalam berbahasa bisnis , seperti  Istilah-istilah dalam berbisnis mengenal dan memahaminya secara factual, selanjutnya mengerti tentang indicator-indikator dalam bisnis meskipun kita bukan seorang accounting ,akan tetapi melengkapi ketrampilan jenis inipun dikit-dikitlah harus mampu…
Dalam ilmu bisnis kita mengenal istilah Inventory,Break event Point , ada Istilah Cashflow, ada istilah Drop payment , ada istilah Term Off Payment ,ada istilah negosiasi, ada istilah Stock, ada istilah Balanced ,ada Istilah Profit and Loss ,  Hemmm …buanyak sekali sebagaimana kita mendapatkan materi di Kuliahan dulu.. Ingat kawan…istilah-istilah ini bukan hanya untuk dihafal,bukan cukup dimengerti saja, bukan cukup  di fahami doank.Akan tetapi kita harus fluently dengan istilah –istilah tersebut, dan mengerti secara factual, kita sedang dalam posisi dimana.Jangan terjadi kesalahan misalnya ketika kita sedang bernegosiasi, kita berbicara tentang inventory kita yang menumpuk banyak, waahh…bisa-bisa customer kita minta harga yang murah karena mengingat hukum Supplay and Demand di rumus Ekonomi dasar.Kita juga harus paham bener  saat ini perusahaan kita sedang dalam posisi  bagaimana …jangan sampai ketika kita sedang   tidak mencapai target market kita beli inventaris baru…Pemahaman dan bagaimana menyikapi keadaan,itulah pentingnya sebuah bahasa bisnis.
Dalam Bisnis juga dicipatakan banyak indicator-indikator, sebagaimana di  cockpit sebuat pesawat, atau dasahboard mobil atau lebih sederhana lagi di dashboard stang sepeda motor kita. Ada indicator speed atau kecepatan, ada indicator fuel, ada indicator distance,itu saja yang sederhana.Dari membaca indicator itu kita bisa menentukan hal apa yang harus kita lakukan saat ini.Ketika indicator fuel kita sedang mencapai titik Empty, maka yang harus kita lakukan adalah jalan pelan-pelan masuk ke SPBU, keluarkan dompet penuhi tangki motormu lantas bayar  premiumnya.Jangan dipaksakan berjalan kalau tujuan kita masih jauh,anda nanti akan menemukan hal yang sangat menyakitkan ..seperti: mendorong motor karena kehabisan BBM …sampai berkilo-kilo meter Hem…capek khan, Demikian juga dalam berbisnis, ketika indicator Cash flow kita sangat besar dirumah,ya  jangan ambil resiko ditaruh didompet terus,,segera bawa kebank untuk setor kesana,jangan-jangan ada tuyul lewat ..lantas ngambil uang anda ha..ha..ha..ha.. Guyon ..moro temen..
Inilah financial Competence, sebuah seni berbisnis  yang harus benar-benar dipraktekkan dan bukan hanya sebagai  pengetahuan saja.Apa yang telah kita pahami memang selayaknya diamalkan.Kalau nggak dimalkan tentu akan kualat dengan ilmu kita.Selamat menganalisa bagaimana kondisi bisnis anda, sedikit banyak buat indicator bisnis kita agar kita nggak salah dalam melangkah.Ya..minimal pembukuan sederhana  model stafel atau skontro ,buat catatan bisnis.Jangan sampai dana dibank sudah habis kita memaksa mendatangkan inventaris mobil baru…ha..ha..ha… Ngutang meneh…kredit…lagi…Capek….kapan debt freenya…??? Ha..ha..ha…